Pameran PROYEK SENI SATU PERTIGA “SEQUEL“ Dari Tiga Seniman Berpameran Tunggal Bersama Di Art Serpong Gallery, BSD City.

Tangerang, postbantennews.vom

Perupa William Robert, Ridwan Manantik dan Dedy Suherdi kembali tampil berpameran tunggal dalam satu proyek seni.

Setelah sebelumnya menggelar sebuah event yang diberi tajuk Proyek Seni Satupertiga di Galeri Pusat Kebudayaan , Bandung pada kisaran bulan Oktober lalu.

Dimana saat itu tiap perupa pameran di gedung yang sama, namun waktunya bergantian secara berurutan, tiap seniman tampil selama sepuluh hari, dengan tema masing-masing.

Ridwan Manantik menggelar karyanya dengan tema Requestiong , perupa William Robert mengusung Jendela Seribu Pintu, lalu Dedy Suherdi mengangkat tema Hypnagogia.

Ide memamerkan atau menggelar lagi proyek seni ini, setelah mendapat respon dari Audi Rusli, seorang pecinta seni.

Pemilik Art Serpong Gallery yang berlokasi di Foresta Business, Loft 3. No, 28, BCD City, dengan memboyong semua materi yang dipamerkan sebelumnya di Kota Kembang tsb.

Bedanya kali ini adalah, tiga pameran tunggal tiga perupa ini digelar dalam waktu yang bersamaan di tiga ruang yang tersedia di Art Serpong Gallery dalam waktu bersamaan sejak tanggal 9 Desember 2022, dan akan berlangsung 9 Januari 2023.

Pada gelaran Proyek Seni Satupertiga kali ini, pameran tunggal karya-karya Ridwan Manantik bertajuk ‘ REQUESTIONING ini mengangkat isu-isu atau pemikiran sang perupa prihal pengalaman bathin secara empirik tentang sampah yang menjadi subject matter karya-karya kali ini.

Menempati lantai ground galeri Art Serpong karya-karya Ridwan Manantik didominansi dengan warna kuat dan goresan yang kuat pula.

Karya-karya yang dipamerkan ini dipersiapkan secara ketat melalui berbagai proses, dialog, serta diskusi yang intens dengan D.Adikara Rachman dan Diaz Ramadhansyah, keduanya lulusan FSRD ITB.

Dalam catatan penulisan Adikara dan Diaz mengenai kekaryaan dari perupa asal Bima ini, bahwa pameran Requestioning menjadi refleksi multi lapisan bagi Ridwan.

Pertama , sebagai refleksi atas makna nilai dalam kehidupan Ridwan yang selama delapan tahun terakhir ini banyak berinteraksi dengan sampah di wilayah Parung Panjang, Bogor.

Kedua , menjadi media kontemplasi untuk mempertanyakan ulang makna sampah dalam konteks yang lebih luas : secara satir, ambigu, metafora, kontradiktif, dan bagaimana mereka mengalami transmisi makna dari benda prestisius menjadi tidak bernilai.

Ketiga, sebagai manifestasi pengalaman artistik Ridwan Manantik selama puluhan tahun berkarya, bekerja, berkontribusi dalam pelestarian alam, serta upayanya mewariskan alam yang lebih baik bagi generasi selanjutnya.

Sementara bagi perupa William Robert ini adalah pameran tunggalnya yang ke 17.

Ia menghadirkan berbagai gubahannya diatas kanvas yang merupakan catatannya dimasa pandemik, terutama masa puncaknya yang banyak sekali berdampak kedalam berbagai aspek kehidupan.

Selama bertahun-tahun ia berkarya di lantai 3 studionya, dimana tanpa disadari selama bertahun-tahun pula ia ternyata melihat berbagai peristiwa dari jendela studionya tersebut.

Ribuan peristiwa sudah, bahkan sejak saat ia bangun pagi hingga menjelang tidur ia seringkali menghampiri jendela tersebut, melihat keluar berbagai suasana , peristiwa , bahkan fenomena yang ternyata menjadi catatan, bahkan perenungannya tiap hari.

Berbagai catatannya tersebut kemudian menjadi ide gagasannya untuk berkarya dengan tema “ Jendela Seribu Pintu “.

Dari jendela itu bathinnya masuk ke berbagai pintu, layer kehidupan yang berlapis tak terhingga ini. Dalam catatan kuratorialnya.

AA Nurjaman menulis antara lain bahwa “ Jendela Seribu Pintu “ adalah sebuah nilai rasa yang diungkapkan William Robert melalui karya abstrak murninya kali ini.

Ketika ia memasuki pintu-pintu peristiwa dalam sebuah catatan panjang yang berisi beribu pertanyaan yang belum tentu terjawab semuanya.

Pada titik ini William Robert sedang membangun kembali tiang-tiang harapan dengan rasa optimis, dan semoga kelak bisa menguatkan tiang-tiang harapan yang selalu dihadirkan oleh  Semesta.

Perupa ketiga yang berpameran tunggal dalam Proyek Seni Satupertiga “ SEQUEL” ini adalah Dedy Suherdi. Dalam pameran ini ia menampilkan di lantai dua galeri dengan mengusung judul “ Hypnagogia “.

Istilah ini dalam karya-karya Dedy ditafsirkan sebagai dunia antara, artinya antara alam sadar dan alam tidak sadar.

Gagasan pameran Hypnagogia ini berawal dari dunia mimpi yang sering dialaminya.

Alam mimpi adalah pengejawantahan pengalaman hasrat atau hayalan, sedangkan kehidupan nyata yang kehidupan nyata yang kita lakukan adalah pengalaman empirik.

Lebih jauh lagi kurator AA Nurjaman mencatat bahwa karya-karya lukisan Dedy Suherdi mengutarakan bahwa pengalaman seni memiliki kesamaan dengan pengalaman mimpi dan sangat berbeda dengan pengalaman empirik.

Ketika kita mengutarakan pengalaman empirik , yang kita gunakan adalah logika nalar yang kesemua pengalaman itu haruslah masuk akal.

Logika perasaan adalah permainan efek asosiasi bentuk dan metafora tentang esensi sesuatu.

Metafora esensi inilah yang kemudian melahirkan gagasan-gagasan bagi Dedy Suherdi yang kini bisa kita lihat melalui karya-karya lukisannya.

Pameran Proyek Seni Satupertiga ini dibuka oleh Bapak Pustanto, Kepala Galeri Nasional Indonesia pada tanggal 9 Desember 2022 dan akan berlangsung hingga 9 Januari 2023.

Diharapkan pameran ini akan dapat mewarnai dunia seni rupa yang mulai marak lagi setelah beberapa waktu lalui sempat sangat menurun intensitasnya akibat pandemi Covid 19.

Selain itu tentu semoga pameran ini juga mampu meningkatkan apresiasi seni di masyarakat, membawa semangat untuk lebih optimis.

Prooduktif terutama memasuki akhir tahun serta segera menyambut tahun yang baru dengan pencapaian kualitas hidup yang lebih maksimal, lebih berkualitas lagi. Semoga.

Harry/Henry / postn

Array
Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *