Harga kelapa sawit buah masih murah, dan beli enaknya

Jakarta, Postbatennews.com

Pemerintah belum memberikan kebebsan petani menjual hasil kelapa sawit kerena masih di manapoli, saat ini yang terjadi di lapangan, sehigga harga miak trjadi mahal, kamis (09/06)

Pemerinah kurang kontrol terhadap hasil petani kelapa sawit, sehinga pecukong kelapa sawit seenaknya menaikan tampa ada standar harga dari pemerintah.

“Di beli kelapa sawit murah pada petani kelapa sawit, karena tidak ada harga standar harga dari pemeitah pusat, maka beli murah kelapa sawit”, kataya Fadil Raman, SH, MH aktivis

Menurut Fadil Raman, SH, MH aktivis, kelapa sewit mesih karena tidak ada kebebasan menual kelapa sawit mentah,hal ni terjadi di lapangan

“Ia berharap pada pemerintah agar standar harga kelapa sawit harus di perjelaskan, jangan di manapoli oleh seseorag, karena hasil petani jangan di buat mengeluh”, katanya.

Menurut Dani petani kelapa sawit di jambi, harga kelapa sawit, baik jual buah masijtergolong murah masih berkisar Rpp1200/kg itu super.

“Kalau buah kelapa sawit masih belm mejamin pada masyarat petani sawit, masih belum ada kebebasan mejual hasil kelapa sawit masih di kusai 1 bos”, katanya.

Masyarakat minta harga standar yang harus di tetapan, dan kontroling pihak pemerintah harus ada, tak perlu ada koperasi masih harga kelapa sawit masih di manapoli tdak ada akan berjalan koperasnya.

Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop UKM) mendorong kalangan petani sawit swadaya agar bisa terkonsolidasi dalam koperasi supaya lebih mudah mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan hasil taninya.

Asisten Deputi Pengembangan dan Pembaruan Perkoperasian Kementerian Koperasi dan UKM Bagus Rachman dalam diskusi Forum Merdeka Barat 9 bertajuk.

“Atur Tata Kelola Industri Sawit” yang dipantau di Jakarta, Rabu, menilai dengan bergabung dalam wadah koperasi, selain bisa mendapat jaminan rantai pasok dan harga, standardisasi produk yang dihasilkan pun bisa tercapai.

“Data BPS pada 2020 mencatat 40 persen lahan perkebunan sawit dikelola petani swadaya. Tapi menurut kami, sebaiknya mereka terkonsolidasi,” katanya. dikutip antara.com

Bagus menyebut kebanyakan petani sawit swadaya mengolah sawit di lahan sendiri yang terpencar-pencar. Rata-rata lahan mereka mencapai 2 hektare hingga 2,5 hektare. Karena kondisi tersebut, menurutnya akan lebih baik jika mereka terkonsolidasi dari sisi lahan.

“Mereka terpencar di beberapa hamparan makanya BPDPKS susah mau replanting. Tapi kalau terkonsolidasi melalui koperasi, akan masuk skala ekonominya,” katanya.

deby/netty/ postn

Array
Related posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *